Jelajah Ramadan:  Menyusuri  Jejak  Osman di  Bursa – Turki

 

Selain keindahan Cappadocia dan Istanbul dengan Hagia Sophia-nya  yang banyak menyimpan sejarah Konstantinopel, Turki juga memiliki kota Bursa yang tak pernah sepi dengan pengunjung.  Di kota   ini terdapat  Mesjid Agung Bursa yang  berdiri sejak tahun 1399 dan  merupakan bagian dari situs warisan dunia (UNESCO).  Kota ini juga bagian dari  sejarah hadirnya  peradaban Islam  melalui  kesultanan Ottoman  (Utsmani), sebuah drama panjang perjuangan Osman yang hadir selama Ramadan di NET setiap 21.30 WIB dalam serial  Kurulus Osman. Bursa menjadi salah satu jantung ibukota Ottoman pertama antara tahun 1326-1365.

Setelah berhasil menguasai kota Bursa, Orhan sang putra, memindahkan makam Osman dari  Sogut yang menjadi  kampung halaman Osman ke Bursa. Kota Bursa menjadi bagian dari  perjuangan terakhir Osman sebelum meninggal  ketika meletakkan landasan berdirinya Dinasti  Ottoman.

 

Terletak di Taman Tophane – Bursa yang indah, Osman dimakamkan berdekatan dengan makam Orhan.  Tak jauh dari makamnya juga terdapat tempat peristirahatan terakhir  kerabatnya, seperti  Dundar Bey, Savci Bey, Salfuk Alp, Konur Alp, Abdurahman Ghazi, dan beberapa nama lainnya yang muncul dalam “Kurulus Osman”.

Osman adalah putra dari Ertugrul, sosok historis Suku Kayi yang berasal dari bangsa Turki Oghuz.  Kakeknya, Sulaiman Shah, menyelamatkan diri bersama keluarga dan pengikutnya dari kejaran bangsa Mongol yang dikenal kejam. Pelariannya dari  Kurdistan (sekitar Irak) ke Anatolia mengantarkan Ertugrul memimpin eksodus 100 kepala keluarga dan 400 pasukan berkudanya ke dekat medan pertempuran antara Kesultanan Seljuk dan Bizantium (bangsa Romawi) .

 

Bantuan sesama saudara muslim Suku Kayi yang dikenal sebagai pejuang pemberani kepada Seljuk membuat Sultan Seljuk menghadiahkannya sebidang wilayah di Anatolia Barat yang berbatasan dengan daerah kekuasaan Bizantium. Tak ayal posisinya di  perbatasan membuat perjuangan  Ertugrul yang dilanjutkan Osman kerap kali berhadapan langsung dengan agresi Bizantium maupun Mongol.

 

Dalam “Kurulus Osman” Season kedua, suksesi kepemimpinan Suku Kayi dari Ertugrul ke Osman akan terlihat  lewat drama yang penuh ambisi dan pengkhianatan. Sebagai putra bungsu, Osman harus siap menghadapi sikap ambisius dan skeptis Dundar Bey  (pamannya) serta kedua kakaknya Gunduz Bey dan Savci Bey. Beruntung Osman kerap didampingi  orang kepercayaan ayahnya yang cukup disegani, Bamsy Bey dan Abdurrahman Ghazi.

 

Di luar sukunya, Osman  juga harus menghadapi  tekanan kuat yang membahayakan pengikutnya  dari bangsa Bizantium dan Mongol, serta peta politik Kesultanan Seljuk yang terus mengalami penurunan. Sementara di dalam sukunya, Osman juga harus membuktikan kepada sukunya dan beberapa suku lain di dekatnya bahwa kemampuannya layak  menjadi pemimpin bangsa.

 

Pengkhianatan demi pengkhianatan dirasakan Osman dari lingkar  dalam sukunya sendiri maupun ambisi suku-suku lainnya yang haus akan kekuasaan, seperti yang dilakukan Yavlak Arslan, pemimpin lainnya yang masih merupakan kakak ipar dari sang paman, Dundar Bey. Bahkan pamannya diam-diam beberapa kali  berani bekerjasama dengan pemimpin Mongol dan juga Tekfur  Aya Nikola yang merupakan utusan Kaisar Bizantium Andronikos II pasca penggulingan Ratu Sofia dan Kastil Kulucahisar oleh Osman.

Keinginan  Ertugrul  kepada Osman untuk menikahi  anak seorang Bey tentu bukan persoalan mudah bagi pribadi Osman. Rasa cinta Osman terhadap sang istri yang tulus  tentu membuatnya sulit dan penuh dilema menghadapi amanah sang ayah.  Bahkan sulitnya membendung perasaan membuat  Bala Hatun yang juga sangat mencintai Osman harus meminta saran  sang ayah, Syeikh Edebali, untuk menghadapi kenyataan tersebut.

Bagaimana  kelanjutan polemik  kisah cinta  Osman  yang harus menghadapi kegundahan hati dirinya dan istri tercintanya mengemban  amanah wasiat  Ertugrul?  Bagaimana juga  Osman dapat keluar dari  tekanan Bizantium dan Mongol untuk dapat mengawal sukunya dan suku-suku lainnya bersatu di tengah berbagai drama pengkhianatan yang terjadi?   Ah, semua cuman bisa terjawab dalam drama “Kurulus Osman” yang menemani  Ramadan kita di layar kaca  dan cukup populer di beberapa negara.

 

Selain sangat digemari  di Turki, serial ini juga digemari di Albania, Pakistan, Chevnya, Afganistan, Aljazair, Tunisia, Uzbekistan, dan Britania. Sosok  Ratu Malaysia Tunku Azizah menjadi tokoh yang dikenal jatuh cinta dengan serial drama tersebut.  Menteri Federal  Pakistan perdana menteri  Pakistan Fawad Chaudry juga  sempat mengajak keluarganya menyempatkan diri bertemu pemeran Osman (Burak Ozcivit).   Bahkan presiden negara pecahan Uni Sovyet, Chevnya, Ramzan Kadyrov memberikan undangan spesial beberapa pemeran Kurulus Osman untuk mengunjungi negaranya.

 

Mitologi  “Game of Thrones” ala Turki yang terinspirasi dari sejarah berdirinya Utsmani ini memang begitu sayang untuk dilewatkan. Selain menghadirkan latar sejarah perjuangan  sosok  pejuang Islam, konflik  intrik  serta balutan romansa dalam cerita  Osman memang membuat banyak orang jatuh hati. Tak kurang dari 5000 pemeran terlibat dalam pembuatan Serial  “Kurulus Osman” yang set lokasi syuting nya (2 jam dari  kota Istanbul, Turki) kini menjadi salahsatu destinasi kunjungan wisatawan.

 

Penulis: NAP